Ad Code

Responsive Advertisement

Mengevaluasi Pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh di Indonesia


mengevaluasi pelaksanaan PJJ


Selama masa penyebaran virus Corona masih mewabah di Indonesia Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) menjadi opsi utama agar kegiatan belajar mengajar (KBM) tetap berjalan. Selama pelaksanaan pembelajaran jarak jauh, peserta didik dan guru melaksanakan kegiatan belajar mengajar di rumah tanpa tatap muka secara langsung. Kegiatan pembelajaran jarak jauh mengakibatkan dampak positif maupun negatif bagi seluruh pihak yang terlibat di dalamnya, baik bagi institusi pendidikan, peserta didik dan orang tua. Berikut ini penjelasan pulus-minus dari Pembelajaran Jarak Jauh.

"Sesuatu Yang Baru" Bagi Dunia Pendidikan Indonesia

Karena sistem pembelajaran jarak jauh merupakan "sesuatu yang baru" di Indonesia maka tidak sedikit peserta didik, guru, dan orang tua yang “kaget”. Sebab jika sebelumnya siswa belajar secara tatap muka di kelas. Namun kali ini pembelajaran dilakukan di rumah masing-masing dengan menggunakan perangkat elektronik. Hal ini menimbulkan respon dari seluruh elemen sekolah (guru, peserta didik, dan orang tua) yang berbeda-beda. Ada yang menyambut baik, ada yang kebingungan. Ada pula yang terpaksa.

Di negara kita ini, tidak semua pembangunan infrastruktur pendidikan merata. Bagi sekolah yang berada di kota-kota besar tidak akan kaget bila harus melaksanakan sistem pembelajran jarak jauh. Karena sebelum masa pandemi ini pun mereka sudah terbiasa melaksanakannya. Tentunya dengan dukungan sarana pra sarana dan latar belakang ekonomi peserta didik. 


Lalu bagaimana dengan sekolah yang beada di kota-kota kecil dengan fasilitas yang minim ditambah dengan latar belakang ekonomi peserta didik menengah kebawah? Tentu ini hal ini adalah hal baru bagi mereka. Dampaknya, sistem pembelajaran jarak jauh akan banyak sekali menemukan kendala dan tidak maksimal.

Minimnya Sosialisasi yang Menyeluruh Tentang Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

Merujuk pada Surat Edaran No. 4 tahun 2020 pada poin ke-2, ada 4 pembahasan tentang proses belajar dari rumah, yaitu:

  1. Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/ jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan;
  2. Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup antara lain mengenai pandemi COVID-19;
  3. Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat bervariasi antar siswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar di rumah;
  4. Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan baik yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan memberi skor/ nilai kuantitatif.

Dalam pelaksanaan Pembelajaran jarak Jauh dengan berpijak pada pada surat edaran tersebut, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif untuk meningkatkan semangat belajar peserta didik. Meski dalam laman Kemendikbud terdapat panduan Pembelajaran Jarak jauh. Akan tetapi tidak sepenuhnya dapat tersampaikan dan dipahami oleh guru karena sosialisasi yang kurang masif. 

Dampak dari itu semua sangat terlihat dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh. Minimnya sosialisasi, membuat guru-guru tetap melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh dengan caranya sendiri. Sekolah yang maju membuat regulasi khusus supaya Pembelajaran Jarak Jauh dapat dipusatkan dalam satu portal belajar tertentu. Sehingga Pembelajaran Jarak Jauh dapat berjalan dengan baik. Namun bagi sekolah-sekolah menengah ke bawah dan kurang tanggap dengan hal ini. Maka sekolah tersebut akan menyerahkan sistem pembelajaran kepada guru masing-masing. Sehingga banyak oknum guru yang kaget dengan hal ini dan memanfaatkannya sebagai celah untuk terus membebani peserta didik dengan tugas-tugas setiap harinya sebagai formalitas demi mengikuti kebijakan pemerintah.

Antara Malas dan Bingung
Hambatan lainnya adalah guru dituntut meningkatkan motivasi belajar peserta didik agar aktif mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh. Konsep Pembelajaran Jarak Jauh yang medianya adalah perangkat elektronik dan harus tersambung dalam jaringan internet, dalam pelaksanaanya menjadi masalah yang kompleks. Tidak semua peserta didik memiliki HP Android/ laptop/ PC. Ada peserta didik yang memiliki HP Android, tetapi ia tidak memiliki kuota. Ada peserta didik yang memiliki HP Android dan kuota, tetapi daerah tempat tinggalnya sulit/ tidak terjangkau jaringan internet. Ada peserta didik yang harus berbagi HP Android dengan kakak-adik atau orang tua saat belajar. Bahkan ada siswa yang tidak memiliki HP Android sama sekali.

Sistem Pembelajaran Jarak Jauh yang tidak terpusat dalam satu portal pembelajaran juga menjadi hambatan lain yang tak kalah besar. Meskipun Kemendikbud telah merekomendasikan beberapa portal untuk pembelajaran, tetapi itu sifatnya hanya pilihan, bukan menjadi suatu ketetapan dan keharusan. Dampaknya adalah peserta didik menjadi bingung. Ada peserta didik yang harus mengunduh beberapa aplikasi karena beberapa gurunya menggunakan aplikasi yang berbeda-beda. 

Tidak memiliki kouta internet, bagi peserta didik yang “malas”, juga menjadi salah satu alasan agar dia tidak mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh. apalagi, jika karakter peserta didik itu dalam pembelajaran yang normal, sering tidak masuk kelas dan tidak pernah mengikuti pelajaran dengan baik. Bagi peserta didik yang selalu punya antusias dalam belajar, namun lemah dalam mata pelajaran tertentu, tentu hal ini menjadi masalah besar untuk dirinya. Karena tidak ada penjelasan secara langsung dari gurunya, tentu dia akan kesulitan memahami untuk materi pelajaran secara mandiri.
 

Solusi
Kondisi Indonesia hari ini, tentu bukan merupakan hal yang diinginkan oleh semua orang. Penyebaran virus Corona yang begitu cepat, mengharuskan setiap orang dan instansi-instansi mengambil langkah cepat pula dalam mengubah cara kerja mereka. Begitupula dengan dunia pendidikan. Kitaperlu cepat beradaptasi dan terus memperbaiki secara bersama sistem Pembelajaran Jarak Jauh. Beberrapa masalah yang bisa dibenahi saat ini adalah:
  1. Satuan Pendidikan membuat juknis dan yang jelas.
  2. Menyediakan akses layanan gratis untuk siswa, baik berupa kuota internet atau sejenisnya.
  3. Memberikan pelatihan pagi guru tentang media pembelajaran (khususnya bagi guru yang sudah tua)
  4. Orang tua ikut andil membantu guru dalam hal pengawasan kepada peserta didik untuk mengikuti Pembelajaran Jarak Jauh.
  5. Peserta didik harus memiliki motivasi dan kesadaran untuk terus belajar.

Itulah pandagan penulis mengenai pelaksanaan Pembelajaran Jarak Jauh. Bagaimana menurut Anda? Silahkan berikan tanggapan dan masukan lewat kolom komentar di bawah ini. Terima Kasih.

Sukorejo, 12/12/2020

Posting Komentar

0 Komentar